Senin, 23 Maret 2015

Volley Women

MENGGAGAS UPAYA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERMAIN OLAHRGA BOLA VOLI WANITA TINGKAT PELAJAR DALAM PEMBANGUNAN OLAHRAGA PRESTASI DI INDONESIA
OLEH :
Firmansyah Putra
14711251078
(Mahasiswa Strata 2 Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY)

Abstrak
            Tulisan ini mencoba mengungkap berbagai kajian tentang pentingnya Olahraga Bola Voli wanita khususnya tingkat pelajar dalam konteks prestasi di indonesia. Pembahasan olahraga prestasi tidak terlepas dari dukungan aplikasi ilmu-ilmu keolagragaan termasuk Sejarah olahraga, Filsafat Olahraga, Ergofisiologi, Biomekanika, Psikologi Olahraga, dan Pedagogi Olahraga. Berbagai kajian menunjukan bahwa Olahraga Bola Voli memiliki peran dan kontri busi nyata dalam olah raga prestasi. Namun di Indonesia Olahraga Bola Voli wanita kurang mendapat tempat dan perhatian baik dari kalangan guru olahraga, pelatih Bola Voli yang mengelola dan mengembangkan Olahraga Bola Voli maupun di kalangan praktisi olahraga.
            Kondisi tersebut di atas menyebabkan Olahraga Bola Voli wanita di Indonesia kurang berkembang. Perlu upaya agar Olahraga Bola Voli wanita sebagian dari Ilmu Keolahragaan dapat berperan nyata dalam olahraga prestasi di Indonesia. Upaya-upaya tersebut di antaranya: (1). menumbuhkan kesadaran kepada seluruh komponen yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pembinaan olahraga prestasi tentang pentingnya kajian dan aplikasi ilmu-ilmu keolagragaan termasuk Sejarah olahraga, Filsafat Olahraga, Ergofisiologi, Biomekanika, Psikologi Olahraga, dan Pedagogi Olahraga dalam pembinaan olahraga prestasi di Indonesia; dan (2). meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang Olahraga Bola Voli wanita Tingkat Pelajar. Ilmu keolahragaan baik negeri maupun swasta yang mengelola dan mengembangkan kajian Olahraga Bola Voli untuk tertarik dan menyumbangkan kepakarannya dalam mengkaji dan mengembangkan Olahraga Bola Voli wanita.
Kata Kunci: Keterampilan Olahraga Bola Voli, Pembangunan, Olahraga Prestasi

PENDAHULUAN
Untuk mengawali pembahasan tentang peran Olahraga Bola Voli wanita dalam olahraga prestasi, perlu kiranya terlebih dahulu dibahas pengertian tentang olahraga prestasi. Undang-undang Repulik Indonesi Nomor: 3 tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional yang lebih dikenal dengan undang-undang olahraga eksplisit menegaskan bahwa: “olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
Keolahragaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan olahraga yang memerlukan pengaturan, pendidikan, pelatihan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan. Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.
Permainan Bola voli adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-masing grup memiliki enam orang pemain. Terdapat pula pengembangan Bola Voli menjadi; variasi permainan bola voli pantai yang masing-masing grup hanya memiliki dua orang pemain. Olahraga Bola Voli dinaungi FIVB (Federation Internationale de Volleyball) : (1). sebagai induk organisasi internasional. (2). di Indonesia di naungi oleh PBVSI (Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia)
Didalam proses pembelajaran dan pengembangan guru, pelatih maupun murid harus memahami standar kompetensi pembelajaran agar terciptanya pembelajaran yang menarik dan terencana dalam melakukan pembelajaran dan pengembangan sesuai dengan pengertian standar kompetensi didalam Undang-undang no: 3 tahun 2005. “Standar kompetensi adalah standar nasional yang berkaitan dengan kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki seseorang untuk dapat dinyatakan lulus dalam uji kompetensi.

PEMBAHASAN
Sebelum saya mempaparkan panjang lebar hasil observasi pembelajaran Bola Voli wanita tingkat pelajar di sekolahan ada baiknya mengetahui apa itu belajar. “ Belajar (learning) adalah salah satu topik paling penting di dalam psikologis dewasa ini, namun konsepnya sulit untuk didefinisikan. American Heritage Dictionary mendefinisikan: “To gain knowledge, comprehension, or mastery through experience or study” [untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi. Kimble (1961, h. 6) dalam Hergenhahn & Olson (2008) medefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di dalam behavoral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (prakteik yang diperkuat). Menurut saya, Belajar (learning) adalah suatu pontensi yang mendasar didalam jiwa kita untuk mengetahui seberapa kuat kemauan kita dalam mengembangkan potensi yang ada pada jiwa kita dengan mengimbangkan teori dan praktik lapangan.
Didalam “hasil obserpasi” tentang proses pembelajran Bola Voli wanita di sekolahan banyak sekali terdapat guru maupun pelatih olahraga Bola Voli: (1) tidak memenpaatkan keterbatasan yang ada, (2) menggunakan hukuman bila terjadi kesalahan, (3) lebih mementingkan kaum laki-laki dari pada wanita, karna wanita di anggap kurang mampu dalam praktek pembelajaran padahal wanita juga bisa menghasilkan prestasi dalam kejuaran, dan ada pula guru maupun pelatih merasa canggung karna kaum wanita bila masanya datang bulan, (4) tidak menggunakan pendekatan taktik orisinil dan modifikasi Bola dalam proses pembelajaran Bola Voli wanita, dan (5) Masih kurangnya metode prinsip-prinsip latihan dalam pembelajaran.
Media Pembelajaran untuk Mengatasi Keterbatasan
Media Pembelajaran untuk Mengatasi Keterbatasan Ruang, Waktu, dan Daya Indra. Banyak peristiwa, konsep, atau objek yang harus dipelajari oleh siswa tetapi untuk menyajikannya secara langsung tidaklah mudah. Misalnya saja, ketika guru ingin membawa siswa kepada masa-masa perang dunia ke-2 berkecamuk, guru dapat menyajikannya dengan menggunakan media pembelajaran dan alat peraga pendidikan. Banyak video-video dokumentasi tentang perang dunia ke-2 ini tersedia di internet. Dengan menampilkannya di kelas pada saat pembelajaran, keterbatasan ruang dan waktu dapat diatasi. Pun jika misalnya guru ingin menyampaikan bagaimana proses terjadinya gerhana matahari atau bulan, tentu hanya dengan menggunakan media pembelajaran tujuan ini dapat dicapai,sehingga guru akan mudah menjelaskan dan siswa lebih mudah mengerti pembahasan yang disampaikan oleh guru dalam KBM di kelas.
Dalam pengadaan keterbatasan atau alat bantu pembelajaran keterampilan bermain Olahraga Bola Voli wanita  dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas masyarakat dengan memodifikasinya. Contoh : ketika seorang pelajar wanita tidak mampu melakukan servis karna bolanya berat atau kekurang bola disekolahan ketita mau bermain bola harus antrian bermain bola karna bolanya sudah habis dimainkan oleh pelajar Laki-laki. Seorang guru bisa memanpaatkan bahan bekas seperi bola plastik, ban dalam bekas, gunting, lem, cat, lalu di buat menjadi bola Voli modifikasi. Bila kekurangan bola, seorang guru atu pelatih bisa menggunakan atau memanfaatkan  alternatif menggunakan bola lain seperti Bola Basket di mainkan pelajar Laki-laki dan bola voli di mainkan wanita.
Prinsip Modifikasi
Menurut Elis (1986) dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) Sangat berpengaruh pada perkembangan gagasan aturan dasar dan aturan tambahan dan eksplorasi ide dari modifikasi tuntunan taktik permainan  yang dikemukakan oleh Thorper, Bunker, dan Almond. Mereka berpendapat bahwa permainan perlu diperinci menjadi bentuk yang paling sederhana dan merupakan representasi dari bentuk permainan yang dapat dimainkan oleh siswa (anak-anak) dengan perlengkapan yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengurangi persyaratan teknis dalam aktivitas tersebut.
Representasi dan eksagerasi adalah prinsip utama dalam menyusun permainan yang dimodifikasi sehingga anak-anak ingin dan mampu bermain. Bunker dan Thorpe (1982) dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) juga menyatakan bahwa dalam permainan, mengetahui apa yang dilakukan adalah sama pentingnya dengan mengetahui bagaimana cara melakukannya. Krik (1983) dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) menghubungkan ide ini dan memperkenalkan gagasan prestasi yang cerdas, yang mempertimbangkan berbagai macam prinsip-prinsip permainan (misalnya timing yang tepat) terkait dengan situasi yang diberikan dalam sebuah permainan. Gagasan ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang pelaksanaan permainan.
Pedoman Modifikasi Permainan Bagi Anak-Anak Sekolah Tingkat Pelajar
Pada pedomannya permainan suatu cabang olahraga dirancang dengan mengunakan pendekatan “permasalahan yang perlu dipecahkan”. Dalam permainan bola voli salah satu masalah dasar yang harus dipecahkan adalah bagaimana caranya memukul bola agar dapat melalui net yang membentang di tengah lapangan dengan ketinggian tertentu.  Beberapa peraturan utama di dalam permainan dibuat untuk mengatur bagaimana cara memecahkan “berbagai permasalahan dasar” dalam permainan tersebut.  Bila aturan utama diubah, maka permainan juga akan berubah atau tidak sesuai lagi dengan pedoman dari permainan tersebut.  Berbeda halnya bila yang diubah adalah peraturan yang “secondary” atau peraturan yang bukan merupakan aturan utama  (Siedentop, Hastie & van der Mars, 2004).  Misalnya permainan kasti, pedoman permainan ini adalah ‘lempar-tangkap bola’ atau aturan utamanya adalah melempar bola ke arah teman satu regu dan/atau menangkap bola yang dilempar teman seregu dalam rangka ‘mendekatkan’ bola sedekat mungkin ke arah lawan yang sedang berlari agar dapat dimatikan. Bila aturan utama ‘lempar-tangkap’ ini diubah menjadi ‘tendang bola’, maka nama permainan tersebut bukan lagi kasti.  Tetapi bila yang diubah atau yang dimodifikasi adalah peraturan yang secondary seperti ukuran lapangan, jenis bola yang digunakan, sasaran atau bagian tubuh yang boleh dilempar untuk mematikan lawan, maka permainan tersebut tetap dapat disebut sebagai kasti.
Modifikasi permainan cabang olahraga, tidak ditujukan untuk mengubah pedoman cabang olahraga tersebut, tetapi untuk menyesuaikan situasi dan kondisi permainan agar dapat dimainkan dan dinikmati oleh kelompok pemain tertentu, yang dalam hal ini adalah anak-anak sekolah tingkat pelajar.  Modifikasi dilakukan semata untuk mengurangi ‘tingkat tantangan’ dari permainan tersebut agar sesuai untuk dimainkan anak-anak dalam kelas pendidikan jasmani.  Dan modifikasi hendaknya memang diarahkan pada aturan-aturan yang secondary agar pedoman atau ciri khas dari permainan tersebut tidak hilang. 
Beberapa peraturan Secondary yang dapat dimodifikasi, diantaranya adalah: (1) Ukuran, berat, bahan atau bentuk peralatan yang digunakan, (2) Area atau tempat permainan serta ukuran lapangan, (3) Lamanya waktu bermain, (4) Jumlah pemain dalam satu regu, (5 Peraturan dalam bermain, (6) Besarnya bola, tinggi net atau rintangan, (7) Rotasi atau posisi pemain, dan (8) Cara memperoleh nilai
Strategi Untuk Memodifikasi Permainan
1. Buat agar skor/nilai mudah diperoleh
Jika sedang bermain, anak-anak sangat senang bila dapat memperoleh skor.  Skor merupakan salah satu hal yang penting dan strategis untuk memberikan ukuran ‘keberhasilan’ bagi anak-anak.  Skor juga dapat digunakan sebagai penguatan atau umpan untuk membuat anak-anak mau belajar, mengulang dan mempraktekkan teknik dan taktik secara benar.  Bila skor sulit untuk dihasilkan, anak-anak akan cepat bosan dan menjadi frustasi.
2. Perlambat gerak bola atau objek lain yang bergerak dalam permainan
Tidak mudah bagi anak-anak untuk melakukan suatu teknik gerak dengan benar jika mereka tidak dalam posisi untuk dapat melakukannya secara tepat.  Dalam permainan yang menggunakan objek bergerak, seperti bola atau kok dan mengharuskan pemainnya untuk selalu bergerak, anak-anak yang bermain dihadapkan pada situasi yang mengharuskannya mengantisipasi datangnya objek yang bergerak, baik berupa bola, lawan atau teman satu regu.  Situasi ini bukan merupakan hal mudah untuk diadaptasi dalam waktu singkat oleh anak-anak.  Oleh sebab itu, disarankan untuk memodifikasi peraturan sedemikian rupa agar pergerakan yang terjadi di dalam permainan tidak terlalu cepat sehingga semua pemain memiliki kesempatan untuk melakukan antisipasi.
3.  Perbesar peluang bagi anak-anak untuk mempraktekkan teknik dan taktik yang diajarkan.
 Cara yang paling tepat untuk mempraktekkan strategi ini adalah memperkecil jumlah pemain, dengan demikian anak-anak/pemain memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk menampilkan atau mempraktekkan teknik gerak dan taktik permainan yang diajarkan.
Pedoman Model Pembelajaran Pendekatan Taktik Orisinil
Model pembelajaran pendekatan taktik orisinil yang pertama kali dipersentasikan oleh Bunker dan Thorpe (1982) dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) adalah sebuah model presedural langkah demi langkah (step-by-step) untuk guru agar siswa atau pemain dapat menjadi pemain yang terampil (mengembangkan keterampilan). Aspek kunci dari model ini terletak pada desain permainan yang terstruktur dengan baik (terkondisikan) dimana siswa perlu membuat keputusan untuk mendapatkan pemahaman mereka tentang permainan (meningkatkan kesadaran taktik).

1.Permainan
 
 
 











                         (Sumber: Linda I. Griffin, 2005,4)
Langkah Pedoman  Model Pembelajaran Pendekatan Taktik Orisinil
a)   Permainan. Permainan diperkenalkan ; permainan sebaiknya di modifikasi agar sesuai dengan bentuk permainan yang lebih maju dan memenuhi level perkembangan siswa.
b)   Aspresiasi Permainan. Siswa diharapkan mengerti tentang peraturan-peraturan (kondisi-kondisi seperti batasan-batasan, penskoran, dan lain-lain) permainan yang dimainkan.
c)    Pertimbangan Taktik. Siswa harus menyadari taktik-taktik permainan (menciptakan atau mempertahankan) untuk membantu mereka bermain dengan prinsip-prinsip permainan, kemudian meningkatkan pertimbangan taktik mereka
d)   Membuat keputusan yang tepat. Siswa harus fokus pada proses pengambilan keputusan dalam permainan. Siswa dituntut untuk melakukan apa yang harus dilakukan (pertimbangan taktis) dan bagaimana cara melakukannya (seleksi respon dan eksekusi keterampilan yang tepat) untuk membantu mereka membuat keputusan permainan yang tepat.
e)    Eksekusi Keterampilan. Pada langkah ini, fokusnya adalah pada bagaimana cara mengeksekusi keterampilan dan gerak yang spesifik. Mengetahui bagaimana cara mengeksekusi tindakan tersebut berbeda dengan penampilan dimana fokusnya dibatasi pada keterampilan dan gerakan yang lebih spesifik.
f)    Penampilan. Terakhir, penampilan didasarkan pada kriteria tertentu tergantung pada tujuan permainan, pelajarn, atau unit. Pada akhirnya, kriteria penampilan yang spesifik ini memunculkan pemain-pemain permainan yang kopeten dan mahir.
Prinsip Modifikasi
Menurut Elis (1986) dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) Sangat berpengaruh pada perkembangan gagasan aturan dasar dan aturan tambahan dan eksplorasi ide dari modifikasi tuntunan taktik permainan  yang dikemukakan oleh Thorper, Bunker, dan Almond. Mereka berpendapat bahwa permainan perlu diperinci menjadi bentuk yang paling sederhana dan merupakan representasi dari bentuk permainan yang dapat dimainkan oleh siswa (anak-anak) dengan perlengkapan yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengurangi persyaratan teknis dalam aktivitas tersebut.
Representasi dan eksagerasi adalah prinsip utama dalam menyusun permainan yang dimodifikasi sehingga anak-anak ingin dan mampu bermain. Bunker dan Thorpe (1982) dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) juga menyatakan bahwa dalam permainan, mengetahui apa yang dilakukan adalah sama pentingnya dengan mengetahui bagaimana cara melakukannya. Krik (1983) dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) menghubungkan ide ini dan memperkenalkan gagasan prestasi yang cerdas, yang mempertimbangkan berbagai macam prinsip-prinsip permainan (misalnya timing yang tepat) terkait dengan situasi yang diberikan dalam sebuah permainan. Gagasan ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang pelaksanaan permainan.
Hukuman
Hukuman (bahasa Inggris: punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Secara umum hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan. Hukuman mengajarkan tentang apa yang tidak boleh dilakukan.
Ada tiga fungsi penting dari hukuman yang berperan besar bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan: (1) Membatasi perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan, (2) Bersifat mendidik, dan (3) Memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak diharapkan
Dari penjabaran arti hukum di atas dalam peroses pembelajaran pengembangan keterampilan bermain Bola Voli wanita sebaiknya hukuman itu tidak perlu di perlakukan. Istilah hukuman intu tidak cocok dalam peroses pembelajaran karna istilah hukuman itu cocoknya untuk seorang kriminal kejahatan, ada baiknya hukuman itu baiknya di ganti dengan sanki.
 Seorang guru maupun pelatih Bola Voli wanita harus mengacu pada Undang-undang dasar nomor: 3 tahun 2005, pasal 27 ayat 4 Yang dimaksud dengan sentra pembinaan olahraga dalam ketentuan ini adalah suatu wadah yang dirancang untuk membina dan mengembangkan olahragawan dan berpotensi sebagai olahragawan bertaraf nasional atau internasional. Untuk itu guru maupun pelatih harus menjujung Undang-undang keolahragaan dalam proses pembelajaran agar tercapainya prestasi.
Dari istilah hukum pembelajaran yang saya pelajari dalam mata pelajaran teori pembelajan (Theories Of Learning) yang menggunakan hukum dalam pembelajaran ada beberapa ilmuan seperti: Edward lee Thorndike, Burrhus Frederick Skinner, Edwin Ray Gutrie, and Gestalt. Sebaiknya seorang guru maupun pelatih Bola Voli wanita mengacu pada teori Edward lee Thorndike dimana teorinya menggunakan hukum latihan. Disamping itu juga guru maupun pelatih Bola Voli wanita harus mengacu pada prinsip latihan agar tercapainya prestasi.
Hukum Latihan
            Sebelum 1930, teori Thorndik mencakup hukum law of exercise (hukum latihan), yang terdiri dari dua bagian: (1) koneksi antara stimulus dan respon akan menguat saat keduanya di pakai. Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulus dengan suatu respons akan memperkuat koneksi di antara keduanya. Bagian dari hukuman ini dinamakan law of use (hukum penguatan), dan (2) koneksi antara situasi dan respons akan melemah apabila praktek hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of disuse (hukum ketikgunaan)
            Dalam hukum latihan tersebut Thorndik mendefinisikan penguatan sebagai peningkatan probabilitas terjadinya respons ketika stimulus terjadi. Jika ikatan atara stimulus dan respon menguat, maka saat stimulus berikutnya terjadi akan ada peningkatan probabilitas terjadinya respons tersebut. Jika ikatannya melemah, akan ada penurunan probabilitas respons saat stimulus berikutnya terjadi. Ringkasnya, hukum latihan menyatakan bahwa (kita belajar dengan berbuat dan lupa karna tidak berbuat) Hergenhahn & Olson (2008).
Prinsip-Prinsip Latihan
            Berikut ini akan dijabarkan beberapa prinsip-prinsip yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan keterampilan bermain Bola Voli wanita tercapai dalam satu kali tatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual, adaptasi, beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan, dan sistematik Sukadiyanto (2011).
a)   Prinsip Kesiapan (Readiness)
Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia olahrgawati. Oleh karna usia olahragawati berkaitan erat dengan kesiapan kondisi secara fisiologis dari setiap olahrgawati. Artinya para guru maupun pelatih olah raga Bola Voli wanita mempertimbangkan dan memperhatikan tahap pertumbuhan dan perkembangan dari setiap olahraga wati.
Usia 6-10 Thn
Usia 11-13 Thn
Usia 14-18 Thn
Usia Dewasa
1.Membangun kemauan/interes
2.Menyenangkan
3.Belajar berbagai keterampilan gerak dasar
1.Pengayaan keterampilan gerak
2.Penyempurnaan teknik
3.Persiapan untuk meningkatkan latihan
1.Peningkatan latihan
2.Latihan khusus
3.Frekuensi kompetisi dierbanyak
1.Puncak penampilan atau
masa prestasinya

                           (Sumber: Sukadiyanto, 2011,15)
b)   Prinsip Individu
Dalam merespon bebab latihan untuk setiap olahraga wati tentu akan berbeda-beda, sehingga beban latihan bagi setiap orang tidak dapat disamakan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Berikut ini akan diuraikan setiap faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan olahragawati dalam merespon beban latihan :
1.    Keturunan
Faktor yang berkaitan dengan keturunan diantaranya adalah keadaan fisik, jenis otot, ukuran jantung dan paru. Dimana faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan olahragawati dalam merespons beban latihan
2.    Kematangan
Tingkat kematangan olahragawati memiliki pengaruh besar terhadap kemampuannya dalam merespon beban latihan. Semakin matang kondisi seseorang semakin mampu menerima intansitas beban latihan yang lebih tinggi.
3.    Waktu Istirahat dan Tidur
Pada olahragawati yunior pada umumnya memerlukan waktu tidur kurang lebih 8 jam sehari semalam. Selebihnya dari waktu tersebut digunakan untuk kegiatan lain dan istirahat, terutama setelah melakukan latihan dengan intensitas tinggi.
4.    Tingkat Kebugaran
Latihan akan meningkatkan kebugaran secara dratis pada diri anak, bila tingkat kebugaran awal anak masih rendah. Peningkatan kebugaran memerlukan waktu yang cukup lamadengan variasi bentuk latihan yang banyak.
5.    Motivasi
Olahragawati yang memiliki motivasi tinggi akan berlatih dan mendengarkan amanat atau arahan yang baik dari gurunya maupun pelatihnya dengan usaha yang keras dan mampu tampil lebih baik.
c)    Prinsip Adaptasi
Organ tubuh manusia cederung selalu mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya. Keadaan ini tentu menguntungkan untuk keterlaksanaan proses berlatih-melatih, sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan ditingkatkan melalui proses latihan.
d)   Prinsip Beban Latihan (Overload)
Beban latihan harus mencapai atau melampaui sedikit diatas batas ambanag rangasang. Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak mampu diadaptasi oleh tubuh, sedang bila terlalu ringan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, sehingga beban latihan harus memenuhi prinsif moderat ini.
e)    Prinsip Progresif (Peningkatan)
Agar terjadi proses adaptasi pada tubuh, maka diperlukan prinsip beban lebih yang diikuti dengan prinsip progresif. Latihan bersifat progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian keseluruhan, ringan keberat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakannya secara ajeg, maju dan berkelanjutan. 
f)    Prinsip Spesifikasi (kekhususan)
Setiap bentuk latihan yang dilakukan oleh olahragawati memiliki tujuan yang khusus. Oleh karna setiap bentuk rangsangan akan direspons secara khusus pula oleh olahragawati, sehingga materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahrganya.
g)   Prinsip Variasi
Program latihan yang baik harus disusun secara variatif untuk menghindari kejenuhan, keengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis. Untuk itu program latihanperlu disusun lebih variatif agar tetap meningkatkan ketertarikan olahrgawati terhadap latihan, sehingga tujuan latihan tercapai.
h)   Prinsip Pemanasan Dan Pendinginan ( warm-Up Cool-Down)
Dalam satu unit latihan atau satu pertemuan latihan selalu terdiri dari: (1) Pengantar/pengrahan, (2) Pemanasan, (3) latihan inti, (4) latihan suplemen untuk kebugaran otot dan kebugaran energi, dan (5) Cooling down dan penutup. Pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikis olahraga wati memasuki latihan inti. Pendinginan (cooling-down) sama pentingnya dengan aktivitas pemanasan. Oleh karna pada saat latihan inti dan suplemen, aktivitas berat, mendadak dan terputus-putus akan mengakibatkan konsentrasi darah terpisat pada otot-otot yang melakukan kerja, sirkulasi terlambat, dan pembuangan sisa pembakaran menjadi lambat. Melalui aktivitas cooling down proses penurunan kondisi tubuh dari latihan berat kenormal tidak terjadi secara mendadak.
i)     Prinsip Latihan Jangka Panjang (Long Term Training)
Prestasi olahraga Bola Voli wanita tidak akan dapat dicapai ibarat orang menggigit cabai, yaitu digigit langsung terasa pedas. Untuk meraih prestasi terbaik diperlukan proses latihan dalam jangka waktu yang lama. Pengaruh beban latihan tidak dapat diadaptasi oleh tubuh secara mendadak, tetapi memerlukan waktu dan proses yang harus dilakukan secara bertahap serta kontinyu.  
J) Prinsip Berkebalikan (Reversibility)
Prinsip berkebalikan (reversibility), artinya bila olahragawati berhenti dari latihan dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu lama, maka kualitas organ tubuhnya akan mengalami penurunan fungsi secara otomatis. Sebab proses adaptasi yang terjadi sebagai hasil dari latihan akan menurun bahkan menghilang, bila tidak dipraktekkan dan dipelihara melalui latihan yang kontinyu.
k)   Prinsip Tidak Berlebihan (Moderat)
Keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentuka oleh pembebanan yang tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan olahragawati, sehingga beban latihan yang diberikan benar-benar (tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan). Sebab, bila beban latihan terlalu ringantidak akan mempunyai dampak terhadap peningkatan kualitas kemampuan fisik, psikis, dan keterampilan.
l)     Prinsip Sistematik
Prestasi olahragawati sifatnya labil dan sementara, sehingga prinsip ini berkaitan dengan ukuran (dosis) pembebanan dan skala prioritas sasaran latihan. Setiap sasaran latihan memiliki aturan dosis pembebanan yang berbeda-beda. Skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi latihan.

KESIMPULAN
Bola voli adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-masing grup memiliki enam orang pemain. Terdapat pula pengembangan Bola Voli menjadi; variasi permainan bola voli pantai yang masing-masing grup hanya memiliki dua orang pemain. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pengembangan keterampilan bermain Olahrga Bola Voli wanita tingkat pelajar, guru maupun pelatih Bola Voli wanita harus memiliki kemampuan dan harus memahami standar kompetensi serta kurikulum yang ada. Guru maupun pelatih harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pembelajaran merupakan persiapan mengajar guru maupun pelatih untuk tiap kali pertemuan. Fungsi dari rencana pembelajaran adalah sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pengembangan keterampilan bermain Olahrga Bola Voli wanita tingkat pelajar, guru maupun pelatih Bola Voli wanita harus perlu dukungan aplikasi ilmu-ilmu keolagragaan lain, termasuk Sejarah olahraga, Filsafat Olahraga, Ergofisiologi, Biomekanika, Psikologi Olahraga, Pedagogi Olahraga dan mengacu pada Undang-undang Repulik Indonesi Nomor: 3 tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional.
Agar tercapainya pembangunan prestasi Bola Voli wanita di Indonesia. Guru maupun pelatih Bola Voli wanita tingkat pelajar di Indonesia harus mampu memanpaatkan keterbatasan yang ada, harus mampu membina pembibitan usia dini, harus mampu menggunakan pembelajaran pendekatan taktik orisinil dalam proses pembelajaran, harus mampu momodifikasi alat dan permainan serta harus mampu menguasi Prinsip-prinsip latihan.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, (2000). Ilmu keolahragaan dan Rencana Pengembangan. Jakarta: (KDI-Keolahragaan)
Hergenhahn, Olson (2008). Theories Of Learning. Jakarta : Kencana Prenada  Media Group
Butler, Linda (2000). Model Pembelajaran Pendekatan Taktik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta 
Sukadiyanto, Dangsina. (2011). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: CV. Lubuk Agung.
http://tokobukuadm.com/artikel/media-pembelajaran-untuk-mengatasi keterbatasan-ruang-waktu-dan-daya-indra Diakses 18/01/2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Bola_voli Di akses 17/01/2015
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_3_05.htm Di akses 19/01/2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman Di akses 20/01/2015