MENGGAGAS
UPAYA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERMAIN OLAHRGA BOLA VOLI WANITA TINGKAT
PELAJAR DALAM PEMBANGUNAN OLAHRAGA PRESTASI DI INDONESIA
OLEH :
Firmansyah
Putra
14711251078
(Mahasiswa
Strata 2 Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY)
Abstrak
Tulisan ini mencoba mengungkap
berbagai kajian tentang pentingnya Olahraga Bola Voli wanita khususnya tingkat pelajar
dalam konteks prestasi di indonesia. Pembahasan olahraga prestasi tidak
terlepas dari dukungan aplikasi ilmu-ilmu keolagragaan termasuk Sejarah olahraga,
Filsafat Olahraga, Ergofisiologi, Biomekanika, Psikologi Olahraga, dan Pedagogi
Olahraga. Berbagai kajian menunjukan bahwa Olahraga Bola Voli memiliki peran
dan kontri busi nyata dalam olah raga prestasi. Namun di Indonesia Olahraga
Bola Voli wanita kurang mendapat tempat dan perhatian baik dari kalangan guru
olahraga, pelatih Bola Voli yang mengelola dan mengembangkan Olahraga Bola Voli
maupun di kalangan praktisi olahraga.
Kondisi tersebut di atas menyebabkan
Olahraga Bola Voli wanita di Indonesia kurang berkembang. Perlu upaya agar
Olahraga Bola Voli wanita sebagian dari Ilmu Keolahragaan dapat berperan nyata
dalam olahraga prestasi di Indonesia. Upaya-upaya tersebut di antaranya: (1).
menumbuhkan kesadaran kepada seluruh komponen yang terlibat baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembinaan olahraga prestasi tentang pentingnya
kajian dan aplikasi ilmu-ilmu keolagragaan termasuk Sejarah olahraga, Filsafat
Olahraga, Ergofisiologi, Biomekanika, Psikologi Olahraga, dan Pedagogi Olahraga
dalam pembinaan olahraga prestasi di Indonesia; dan (2). meningkatkan sumber
daya manusia dalam bidang Olahraga Bola Voli wanita Tingkat Pelajar. Ilmu
keolahragaan baik negeri maupun swasta yang mengelola dan mengembangkan kajian
Olahraga Bola Voli untuk tertarik dan menyumbangkan kepakarannya dalam mengkaji
dan mengembangkan Olahraga Bola Voli wanita.
Kata Kunci:
Keterampilan Olahraga Bola Voli, Pembangunan, Olahraga Prestasi
PENDAHULUAN
Untuk mengawali
pembahasan tentang peran Olahraga Bola Voli wanita dalam olahraga prestasi,
perlu kiranya terlebih dahulu dibahas pengertian tentang olahraga prestasi.
Undang-undang Repulik Indonesi Nomor: 3 tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan
Nasional yang lebih dikenal dengan undang-undang olahraga eksplisit menegaskan
bahwa: “olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan
olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi
untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan.
Keolahragaan adalah
segala aspek yang berkaitan dengan olahraga yang memerlukan pengaturan,
pendidikan, pelatihan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan. Olahraga
pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai
bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh
pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.
Permainan Bola voli adalah olahraga
permainan yang dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-masing grup memiliki
enam orang pemain. Terdapat pula pengembangan Bola Voli menjadi; variasi
permainan bola voli pantai yang masing-masing grup hanya memiliki dua orang
pemain. Olahraga Bola Voli dinaungi FIVB (Federation Internationale de
Volleyball) : (1). sebagai induk organisasi internasional. (2). di Indonesia di
naungi oleh PBVSI (Persatuan
Bola Voli Seluruh Indonesia)
Didalam proses
pembelajaran dan pengembangan guru, pelatih maupun murid harus memahami standar
kompetensi pembelajaran agar terciptanya pembelajaran yang menarik dan
terencana dalam melakukan pembelajaran dan pengembangan sesuai dengan
pengertian standar kompetensi didalam Undang-undang no: 3 tahun 2005. “Standar
kompetensi adalah standar nasional yang berkaitan dengan kemampuan minimal yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dimiliki seseorang
untuk dapat dinyatakan lulus dalam uji kompetensi.
PEMBAHASAN
Sebelum saya
mempaparkan panjang lebar hasil observasi pembelajaran Bola Voli wanita tingkat
pelajar di sekolahan ada baiknya mengetahui apa itu belajar. “ Belajar (learning) adalah salah satu topik paling
penting di dalam psikologis dewasa ini, namun konsepnya sulit untuk
didefinisikan. American Heritage
Dictionary mendefinisikan: “To gain
knowledge, comprehension, or mastery through experience or study” [untuk
mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau
studi. Kimble (1961, h. 6) dalam Hergenhahn & Olson (2008)
medefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di dalam behavoral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi
sebagai akibat dari reinforced practice (prakteik yang diperkuat). Menurut
saya, Belajar (learning) adalah suatu
pontensi yang mendasar didalam jiwa kita untuk mengetahui seberapa kuat kemauan
kita dalam mengembangkan potensi yang ada pada jiwa kita dengan mengimbangkan
teori dan praktik lapangan.
Didalam “hasil obserpasi”
tentang proses pembelajran Bola Voli wanita di sekolahan banyak sekali terdapat
guru maupun pelatih olahraga Bola Voli: (1) tidak memenpaatkan keterbatasan
yang ada, (2) menggunakan hukuman bila terjadi kesalahan, (3) lebih
mementingkan kaum laki-laki dari pada wanita, karna wanita di anggap kurang
mampu dalam praktek pembelajaran padahal wanita juga bisa menghasilkan prestasi
dalam kejuaran, dan ada pula guru maupun pelatih merasa canggung karna kaum
wanita bila masanya datang bulan, (4) tidak menggunakan pendekatan taktik
orisinil dan modifikasi Bola dalam proses pembelajaran Bola Voli wanita, dan
(5) Masih kurangnya metode prinsip-prinsip latihan dalam pembelajaran.
Media
Pembelajaran untuk Mengatasi Keterbatasan
Media
Pembelajaran untuk Mengatasi Keterbatasan Ruang, Waktu, dan Daya Indra. Banyak
peristiwa, konsep, atau objek yang harus dipelajari oleh siswa tetapi untuk
menyajikannya secara langsung tidaklah mudah. Misalnya saja, ketika guru ingin
membawa siswa kepada masa-masa perang dunia ke-2 berkecamuk, guru dapat
menyajikannya dengan menggunakan media pembelajaran dan alat peraga pendidikan.
Banyak video-video dokumentasi tentang perang dunia ke-2 ini tersedia di
internet. Dengan menampilkannya di kelas pada saat pembelajaran, keterbatasan
ruang dan waktu dapat diatasi. Pun jika misalnya guru ingin menyampaikan
bagaimana proses terjadinya gerhana matahari atau bulan, tentu hanya dengan
menggunakan media pembelajaran tujuan ini dapat dicapai,sehingga guru akan mudah
menjelaskan dan siswa lebih mudah mengerti pembahasan yang disampaikan oleh
guru dalam KBM di kelas.
Dalam pengadaan keterbatasan atau alat bantu pembelajaran keterampilan
bermain Olahraga Bola Voli wanita dapat
dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas masyarakat
dengan memodifikasinya. Contoh : ketika seorang pelajar wanita tidak mampu melakukan servis karna
bolanya berat atau kekurang bola disekolahan ketita mau bermain bola harus
antrian bermain bola karna bolanya sudah habis dimainkan oleh pelajar
Laki-laki. Seorang guru bisa memanpaatkan bahan bekas seperi bola plastik, ban
dalam bekas, gunting, lem, cat, lalu di buat menjadi bola Voli modifikasi. Bila
kekurangan bola, seorang guru atu pelatih bisa menggunakan atau memanfaatkan alternatif menggunakan bola lain seperti Bola
Basket di mainkan pelajar Laki-laki dan bola voli di mainkan wanita.
Prinsip
Modifikasi
Menurut Elis (1986)
dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) Sangat berpengaruh pada
perkembangan gagasan aturan dasar dan aturan tambahan dan eksplorasi ide dari
modifikasi tuntunan taktik permainan
yang dikemukakan oleh Thorper, Bunker, dan Almond. Mereka
berpendapat bahwa permainan perlu diperinci menjadi bentuk yang paling
sederhana dan merupakan representasi dari bentuk permainan yang dapat dimainkan
oleh siswa (anak-anak) dengan perlengkapan yang dimodifikasi sedemikian rupa
untuk mengurangi persyaratan teknis dalam aktivitas tersebut.
Representasi dan eksagerasi
adalah prinsip utama dalam menyusun permainan yang dimodifikasi sehingga
anak-anak ingin dan mampu bermain. Bunker dan Thorpe (1982) dalam
Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) juga menyatakan bahwa dalam
permainan, mengetahui apa yang dilakukan adalah sama pentingnya dengan
mengetahui bagaimana cara melakukannya. Krik (1983) dalam Linda L
Griffin Joy I. Butler (2005) menghubungkan ide ini dan memperkenalkan
gagasan prestasi yang cerdas, yang mempertimbangkan berbagai macam
prinsip-prinsip permainan (misalnya timing yang tepat) terkait dengan situasi
yang diberikan dalam sebuah permainan. Gagasan ini memberikan pemahaman yang
lebih luas tentang pelaksanaan permainan.
Pedoman Modifikasi Permainan Bagi Anak-Anak Sekolah Tingkat
Pelajar
Pada pedomannya permainan suatu cabang olahraga dirancang dengan mengunakan pendekatan
“permasalahan yang perlu dipecahkan”. Dalam permainan bola voli salah satu masalah dasar yang harus dipecahkan
adalah bagaimana caranya memukul bola agar dapat melalui net yang membentang di
tengah lapangan dengan ketinggian tertentu. Beberapa peraturan utama di
dalam permainan dibuat untuk mengatur bagaimana cara memecahkan “berbagai
permasalahan dasar” dalam permainan tersebut. Bila aturan utama diubah,
maka permainan juga akan berubah atau tidak sesuai lagi dengan pedoman dari permainan tersebut. Berbeda halnya bila yang diubah adalah
peraturan yang “secondary” atau peraturan yang bukan merupakan aturan
utama (Siedentop, Hastie & van der Mars, 2004). Misalnya permainan kasti, pedoman permainan ini adalah ‘lempar-tangkap bola’ atau aturan utamanya adalah
melempar bola ke arah teman satu regu dan/atau menangkap bola yang dilempar
teman seregu dalam rangka ‘mendekatkan’ bola sedekat mungkin ke arah lawan yang
sedang berlari agar dapat dimatikan. Bila aturan utama ‘lempar-tangkap’ ini
diubah menjadi ‘tendang bola’, maka nama permainan tersebut bukan lagi
kasti. Tetapi bila yang diubah atau yang dimodifikasi adalah peraturan
yang secondary seperti ukuran lapangan, jenis bola yang digunakan,
sasaran atau bagian tubuh yang boleh dilempar untuk mematikan lawan, maka
permainan tersebut tetap dapat disebut sebagai kasti.
Modifikasi
permainan cabang olahraga, tidak ditujukan untuk mengubah pedoman cabang olahraga tersebut, tetapi untuk menyesuaikan situasi dan kondisi
permainan agar dapat dimainkan dan dinikmati oleh kelompok pemain tertentu,
yang dalam hal ini adalah anak-anak sekolah tingkat
pelajar. Modifikasi dilakukan
semata untuk mengurangi ‘tingkat tantangan’ dari permainan tersebut agar sesuai
untuk dimainkan anak-anak dalam kelas pendidikan jasmani. Dan modifikasi
hendaknya memang diarahkan pada aturan-aturan yang secondary agar pedoman atau ciri khas dari permainan tersebut tidak hilang.
Beberapa
peraturan Secondary yang dapat dimodifikasi, diantaranya
adalah: (1) Ukuran, berat, bahan atau bentuk peralatan yang digunakan, (2) Area atau tempat permainan serta
ukuran lapangan, (3) Lamanya
waktu bermain, (4) Jumlah
pemain dalam satu regu, (5 Peraturan dalam bermain, (6) Besarnya bola, tinggi net
atau rintangan, (7) Rotasi atau
posisi pemain, dan (8) Cara
memperoleh nilai
Strategi Untuk Memodifikasi Permainan
1. Buat agar skor/nilai
mudah diperoleh
Jika sedang
bermain, anak-anak sangat senang bila dapat memperoleh skor. Skor merupakan
salah satu hal yang penting dan strategis untuk memberikan ukuran
‘keberhasilan’ bagi anak-anak. Skor juga dapat digunakan sebagai
penguatan atau umpan untuk membuat anak-anak mau belajar, mengulang dan
mempraktekkan teknik dan taktik secara benar. Bila skor sulit untuk
dihasilkan, anak-anak akan cepat bosan dan menjadi frustasi.
2. Perlambat gerak bola atau
objek lain yang bergerak dalam permainan
Tidak mudah
bagi anak-anak untuk melakukan suatu teknik gerak dengan benar jika mereka
tidak dalam posisi untuk dapat melakukannya secara tepat. Dalam permainan
yang menggunakan objek bergerak, seperti bola atau kok dan mengharuskan
pemainnya untuk selalu bergerak, anak-anak yang bermain dihadapkan pada situasi
yang mengharuskannya mengantisipasi datangnya objek yang bergerak, baik berupa
bola, lawan atau teman satu regu. Situasi ini bukan merupakan hal mudah
untuk diadaptasi dalam waktu singkat oleh anak-anak. Oleh sebab itu,
disarankan untuk memodifikasi peraturan sedemikian rupa agar pergerakan yang
terjadi di dalam permainan tidak terlalu cepat sehingga semua pemain memiliki
kesempatan untuk melakukan antisipasi.
3. Perbesar peluang
bagi anak-anak untuk mempraktekkan teknik dan taktik yang diajarkan.
Cara yang paling tepat untuk mempraktekkan strategi ini adalah memperkecil
jumlah pemain, dengan demikian anak-anak/pemain memperoleh kesempatan yang
lebih banyak untuk menampilkan atau mempraktekkan teknik gerak dan taktik
permainan yang diajarkan.
Pedoman Model
Pembelajaran Pendekatan Taktik Orisinil
Model pembelajaran pendekatan taktik orisinil
yang pertama kali dipersentasikan oleh Bunker dan Thorpe (1982)
dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) adalah sebuah model
presedural langkah demi langkah (step-by-step) untuk guru agar siswa
atau pemain dapat menjadi pemain yang terampil (mengembangkan keterampilan).
Aspek kunci dari model ini terletak pada desain permainan yang terstruktur
dengan baik (terkondisikan) dimana siswa perlu membuat keputusan untuk mendapatkan
pemahaman mereka tentang permainan (meningkatkan kesadaran taktik).

|



![]() |
(Sumber: Linda I.
Griffin, 2005,4)
Langkah Pedoman Model Pembelajaran Pendekatan Taktik Orisinil
a) Permainan. Permainan
diperkenalkan ; permainan sebaiknya di modifikasi agar sesuai dengan bentuk
permainan yang lebih maju dan memenuhi level perkembangan siswa.
b) Aspresiasi Permainan. Siswa diharapkan
mengerti tentang peraturan-peraturan (kondisi-kondisi seperti batasan-batasan,
penskoran, dan lain-lain) permainan yang dimainkan.
c) Pertimbangan Taktik. Siswa harus menyadari
taktik-taktik permainan (menciptakan atau mempertahankan) untuk membantu mereka
bermain dengan prinsip-prinsip permainan, kemudian meningkatkan pertimbangan
taktik mereka
d) Membuat keputusan yang tepat. Siswa harus fokus pada
proses pengambilan keputusan dalam permainan. Siswa dituntut untuk melakukan
apa yang harus dilakukan (pertimbangan taktis) dan bagaimana cara melakukannya
(seleksi respon dan eksekusi keterampilan yang tepat) untuk membantu mereka
membuat keputusan permainan yang tepat.
e) Eksekusi Keterampilan. Pada langkah ini,
fokusnya adalah pada bagaimana cara mengeksekusi keterampilan dan gerak yang
spesifik. Mengetahui bagaimana cara mengeksekusi tindakan tersebut berbeda
dengan penampilan dimana fokusnya dibatasi pada keterampilan dan gerakan yang
lebih spesifik.
f) Penampilan. Terakhir, penampilan
didasarkan pada kriteria tertentu tergantung pada tujuan permainan, pelajarn,
atau unit. Pada akhirnya, kriteria penampilan yang spesifik ini memunculkan
pemain-pemain permainan yang kopeten dan mahir.
Prinsip Modifikasi
Menurut Elis (1986)
dalam Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) Sangat berpengaruh pada
perkembangan gagasan aturan dasar dan aturan tambahan dan eksplorasi ide dari
modifikasi tuntunan taktik permainan
yang dikemukakan oleh Thorper, Bunker, dan Almond. Mereka
berpendapat bahwa permainan perlu diperinci menjadi bentuk yang paling
sederhana dan merupakan representasi dari bentuk permainan yang dapat dimainkan
oleh siswa (anak-anak) dengan perlengkapan yang dimodifikasi sedemikian rupa
untuk mengurangi persyaratan teknis dalam aktivitas tersebut.
Representasi dan eksagerasi
adalah prinsip utama dalam menyusun permainan yang dimodifikasi sehingga
anak-anak ingin dan mampu bermain. Bunker dan Thorpe (1982) dalam
Linda L Griffin Joy I. Butler (2005) juga menyatakan bahwa dalam
permainan, mengetahui apa yang dilakukan adalah sama pentingnya dengan
mengetahui bagaimana cara melakukannya. Krik (1983) dalam Linda L
Griffin Joy I. Butler (2005) menghubungkan ide ini dan memperkenalkan
gagasan prestasi yang cerdas, yang mempertimbangkan berbagai macam
prinsip-prinsip permainan (misalnya timing yang tepat) terkait dengan situasi
yang diberikan dalam sebuah permainan. Gagasan ini memberikan pemahaman yang
lebih luas tentang pelaksanaan permainan.
Hukuman
Hukuman (bahasa Inggris: punishment) adalah sebuah cara untuk
mengarahkan sebuah tingkah laku
agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini,
hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan
oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan
respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Secara umum
hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau
pelanggaran yang dilakukan. Hukuman mengajarkan tentang apa yang tidak boleh
dilakukan.
Ada tiga fungsi
penting dari hukuman yang berperan besar bagi pembentukan tingkah laku yang
diharapkan: (1) Membatasi
perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya pengulangan tingkah laku yang tidak
diharapkan, (2) Bersifat
mendidik, dan (3) Memperkuat
motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak diharapkan
Dari penjabaran
arti hukum di atas dalam peroses pembelajaran pengembangan keterampilan bermain
Bola Voli wanita sebaiknya hukuman itu tidak perlu di perlakukan. Istilah hukuman
intu tidak cocok dalam peroses pembelajaran karna istilah hukuman itu cocoknya
untuk seorang kriminal kejahatan, ada baiknya hukuman itu baiknya di ganti
dengan sanki.
Seorang guru maupun pelatih Bola Voli wanita
harus mengacu pada Undang-undang dasar nomor: 3 tahun 2005, pasal 27 ayat 4
Yang dimaksud dengan sentra pembinaan olahraga dalam ketentuan ini adalah suatu
wadah yang dirancang untuk membina dan mengembangkan olahragawan dan berpotensi
sebagai olahragawan bertaraf nasional atau internasional. Untuk itu guru maupun
pelatih harus menjujung Undang-undang keolahragaan dalam proses pembelajaran
agar tercapainya prestasi.
Dari istilah
hukum pembelajaran yang saya pelajari dalam mata pelajaran teori pembelajan (Theories Of Learning) yang menggunakan
hukum dalam pembelajaran ada beberapa ilmuan seperti: Edward lee Thorndike, Burrhus Frederick Skinner, Edwin Ray Gutrie, and
Gestalt. Sebaiknya seorang guru maupun pelatih Bola Voli wanita mengacu
pada teori Edward lee Thorndike dimana
teorinya menggunakan hukum latihan. Disamping itu juga guru maupun pelatih Bola
Voli wanita harus mengacu pada prinsip latihan agar tercapainya prestasi.
Hukum Latihan
Sebelum
1930, teori Thorndik mencakup hukum law
of exercise (hukum latihan), yang terdiri dari dua bagian: (1) koneksi
antara stimulus dan respon akan menguat saat keduanya di pakai. Dengan kata
lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulus dengan suatu
respons akan memperkuat koneksi di antara keduanya. Bagian dari hukuman ini
dinamakan law of use (hukum penguatan), dan (2) koneksi antara situasi
dan respons akan melemah apabila praktek hubungan dihentikan atau jika ikatan
neural tidak dipakai. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law
of disuse (hukum ketikgunaan)


Prinsip-Prinsip
Latihan
Berikut
ini akan dijabarkan beberapa prinsip-prinsip yang seluruhnya dapat dilaksanakan
sebagai pedoman agar tujuan latihan keterampilan bermain Bola Voli wanita
tercapai dalam satu kali tatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual,
adaptasi, beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan,
latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan, dan sistematik
Sukadiyanto (2011).
a)
Prinsip
Kesiapan (Readiness)
Pada
prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia
olahrgawati. Oleh karna usia olahragawati berkaitan erat dengan kesiapan
kondisi secara fisiologis dari setiap olahrgawati. Artinya para guru maupun
pelatih olah raga Bola Voli wanita mempertimbangkan dan memperhatikan tahap
pertumbuhan dan perkembangan dari setiap olahraga wati.
Usia 6-10 Thn
|
Usia 11-13 Thn
|
Usia 14-18 Thn
|
Usia Dewasa
|
1.Membangun kemauan/interes
2.Menyenangkan
3.Belajar berbagai keterampilan gerak dasar
|
1.Pengayaan
keterampilan gerak
2.Penyempurnaan
teknik
3.Persiapan untuk meningkatkan
latihan
|
1.Peningkatan latihan
2.Latihan khusus
3.Frekuensi kompetisi
dierbanyak
|
1.Puncak penampilan
atau
masa prestasinya
|
(Sumber:
Sukadiyanto, 2011,15)
b)
Prinsip
Individu
Dalam
merespon bebab latihan untuk setiap olahraga wati tentu akan berbeda-beda,
sehingga beban latihan bagi setiap orang tidak dapat disamakan antara anak yang
satu dengan anak yang lainnya. Berikut ini akan diuraikan setiap faktor yang
berpengaruh terhadap kemampuan olahragawati dalam merespon beban latihan :
1. Keturunan
Faktor
yang berkaitan dengan keturunan diantaranya adalah keadaan fisik, jenis otot,
ukuran jantung dan paru. Dimana faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh
terhadap kemampuan olahragawati dalam merespons beban latihan
2. Kematangan
Tingkat
kematangan olahragawati memiliki pengaruh besar terhadap kemampuannya dalam
merespon beban latihan. Semakin matang kondisi seseorang semakin mampu menerima
intansitas beban latihan yang lebih tinggi.
3. Waktu
Istirahat dan Tidur
Pada
olahragawati yunior pada umumnya memerlukan waktu tidur kurang lebih 8 jam
sehari semalam. Selebihnya dari waktu tersebut digunakan untuk kegiatan lain
dan istirahat, terutama setelah melakukan latihan dengan intensitas tinggi.
4. Tingkat
Kebugaran
Latihan
akan meningkatkan kebugaran secara dratis pada diri anak, bila tingkat
kebugaran awal anak masih rendah. Peningkatan kebugaran memerlukan waktu yang
cukup lamadengan variasi bentuk latihan yang banyak.
5. Motivasi
Olahragawati
yang memiliki motivasi tinggi akan berlatih dan mendengarkan amanat atau arahan
yang baik dari gurunya maupun pelatihnya dengan usaha yang keras dan mampu
tampil lebih baik.
c)
Prinsip
Adaptasi
Organ
tubuh manusia cederung selalu mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungannya. Keadaan ini tentu menguntungkan untuk keterlaksanaan proses
berlatih-melatih, sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan ditingkatkan
melalui proses latihan.
d)
Prinsip
Beban Latihan (Overload)
Beban
latihan harus mencapai atau melampaui sedikit diatas batas ambanag rangasang.
Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak mampu diadaptasi oleh
tubuh, sedang bila terlalu ringan tidak berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas fisik, sehingga beban latihan harus memenuhi prinsif moderat ini.
e)
Prinsip
Progresif (Peningkatan)
Agar
terjadi proses adaptasi pada tubuh, maka diperlukan prinsip beban lebih yang
diikuti dengan prinsip progresif. Latihan bersifat progresif, artinya dalam
pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke
kompleks, umum ke khusus, bagian keseluruhan, ringan keberat, dan dari
kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakannya secara ajeg, maju dan
berkelanjutan.
f)
Prinsip
Spesifikasi (kekhususan)
Setiap
bentuk latihan yang dilakukan oleh olahragawati memiliki tujuan yang khusus.
Oleh karna setiap bentuk rangsangan akan direspons secara khusus pula oleh
olahragawati, sehingga materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan
cabang olahrganya.
g)
Prinsip
Variasi
Program latihan
yang baik harus disusun secara variatif untuk menghindari kejenuhan, keengganan
dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis. Untuk itu program
latihanperlu disusun lebih variatif agar tetap meningkatkan ketertarikan
olahrgawati terhadap latihan, sehingga tujuan latihan tercapai.
h)
Prinsip
Pemanasan Dan Pendinginan ( warm-Up
Cool-Down)
Dalam
satu unit latihan atau satu pertemuan latihan selalu terdiri dari: (1)
Pengantar/pengrahan, (2) Pemanasan, (3) latihan inti, (4) latihan suplemen
untuk kebugaran otot dan kebugaran energi, dan (5) Cooling down dan penutup. Pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan
fisik dan psikis olahraga wati memasuki latihan inti. Pendinginan (cooling-down) sama pentingnya dengan
aktivitas pemanasan. Oleh karna pada saat latihan inti dan suplemen, aktivitas
berat, mendadak dan terputus-putus akan mengakibatkan konsentrasi darah
terpisat pada otot-otot yang melakukan kerja, sirkulasi terlambat, dan
pembuangan sisa pembakaran menjadi lambat. Melalui aktivitas cooling down proses penurunan kondisi
tubuh dari latihan berat kenormal tidak terjadi secara mendadak.
i)
Prinsip
Latihan Jangka Panjang (Long Term
Training)
Prestasi
olahraga Bola Voli wanita tidak akan dapat dicapai ibarat orang menggigit
cabai, yaitu digigit langsung terasa pedas. Untuk meraih prestasi terbaik
diperlukan proses latihan dalam jangka waktu yang lama. Pengaruh beban latihan
tidak dapat diadaptasi oleh tubuh secara mendadak, tetapi memerlukan waktu dan
proses yang harus dilakukan secara bertahap serta kontinyu.
J) Prinsip Berkebalikan
(Reversibility)
Prinsip
berkebalikan (reversibility), artinya bila olahragawati berhenti dari latihan
dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu lama, maka kualitas organ tubuhnya akan
mengalami penurunan fungsi secara otomatis. Sebab proses adaptasi yang terjadi
sebagai hasil dari latihan akan menurun bahkan menghilang, bila tidak
dipraktekkan dan dipelihara melalui latihan yang kontinyu.
k)
Prinsip
Tidak Berlebihan (Moderat)
Keberhasilan
latihan jangka panjang sangat ditentuka oleh pembebanan yang tidak berlebihan.
Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan,
dan perkembangan olahragawati, sehingga beban latihan yang diberikan
benar-benar (tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan). Sebab, bila
beban latihan terlalu ringantidak akan mempunyai dampak terhadap peningkatan
kualitas kemampuan fisik, psikis, dan keterampilan.
l)
Prinsip
Sistematik
Prestasi
olahragawati sifatnya labil dan sementara, sehingga prinsip ini berkaitan
dengan ukuran (dosis) pembebanan dan
skala prioritas sasaran latihan. Setiap sasaran latihan memiliki aturan dosis pembebanan yang berbeda-beda.
Skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan
utama yang disesuaikan dengan periodisasi latihan.
KESIMPULAN
Bola voli adalah olahraga
permainan yang dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-masing grup memiliki
enam orang pemain. Terdapat pula pengembangan Bola Voli menjadi; variasi
permainan bola voli pantai yang masing-masing grup hanya memiliki dua orang
pemain. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pengembangan keterampilan
bermain Olahrga Bola Voli wanita tingkat pelajar, guru maupun pelatih Bola Voli
wanita harus memiliki kemampuan dan harus memahami standar kompetensi serta
kurikulum yang ada. Guru maupun pelatih harus membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Rencana pembelajaran merupakan persiapan mengajar guru
maupun pelatih untuk tiap kali pertemuan. Fungsi dari rencana pembelajaran
adalah sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat
berjalan lebih efektif dan efisien.
Olahraga
prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana,
berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Dalam melaksanakan proses
pembelajaran pengembangan keterampilan bermain Olahrga Bola Voli wanita tingkat
pelajar, guru maupun pelatih Bola Voli wanita harus perlu dukungan aplikasi
ilmu-ilmu keolagragaan lain, termasuk Sejarah olahraga, Filsafat Olahraga,
Ergofisiologi, Biomekanika, Psikologi Olahraga, Pedagogi Olahraga dan mengacu
pada Undang-undang Repulik Indonesi Nomor: 3 tahun 2005 tentang sistem
Keolahragaan Nasional.
Agar tercapainya
pembangunan prestasi Bola Voli wanita di Indonesia. Guru maupun pelatih Bola
Voli wanita tingkat pelajar di Indonesia harus mampu memanpaatkan keterbatasan
yang ada, harus mampu membina pembibitan usia dini, harus mampu menggunakan
pembelajaran pendekatan taktik orisinil dalam proses pembelajaran, harus mampu
momodifikasi alat dan permainan serta harus mampu menguasi Prinsip-prinsip
latihan.
DAFTAR
PUSTAKA



Sukadiyanto,
Dangsina. (2011). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: CV.
Lubuk Agung.


http://id.wikipedia.org/wiki/Bola_voli Di akses 17/01/2015


Tidak ada komentar:
Posting Komentar